Catatan singkat Wisata Muslim Turki – Dubai saat Pandemi Covid-19

Tour Turki Dubai saat pandemi

Catatan singkat (panjang juga sih) perjalanan :

TURKI – DUBAI – KARANTINA JAKARTA

TURKI :
1. Kedatangan di airport Istanbul ramai sekali, tdk ada jaga jarak, tanpa PCR dan berjalan normal seperti layaknya sebelum pandemi.
2. Di tempat umum / pasar / resto / obyek wisata sdh ramai sekali tanpa ada jaga jarak, rata2 penduduknya tdk pakkai masker dan mayoritas turis yg menggunakan masker
3. Berpuluh2 balon udara menghiasi langit Kapadokia, artinya pariwisata sdh berjalan baik
4. Sehari sebelum terbang menuju Dubai, kami melakukan PCR disalah satu toko snack / Turkish Delight (bukan di klinik atau RS yaa). Banyak sekali toko2 snack khas turki tsb menjual test PCR entah itu resmi berizin atau tidak yg jelas sangat tdk profesional terkesan lucu dan aneh karena dilakukan bukan oleh tenaga medis, hidung tidak dicolok hanya rongga2 mulut saja serta lidah / abal2 banget ya ? hasil PCR ini kami dapat 6 jam dikirim via wa utk keperluan penerbangan ke Dubai

DUBAI
1. Landing DXB sebelum imigrasi kita test PCR dengan scan pasport di mesin serta masukkan nomer WA utk pengiriman hasilnya nanti, lalu hidung dicolok, selesai dalam 5 menit sangat simple dan profesional, namun sampai mau kepulangan ke Indo hasil PCR ini tdk dikirim ? atau hanya yg positif saja yg dikirim ? Entahlah yg pasti kami semua tdk dikiri hasilnya..
2. Dubai Mall, Dubai Expo, Desert Safari terlihat ramai sekali tdk ada jaga jarak juga cek suhu apalagi scan barcode, namun hampir semua org pakai masker, resto2 juga full seolah pandemi telah usai
3. Sebelum kembali ke Indo kami melakukan test PCR yg dipanggil ke hotel dilakukan oleh tenaga medis profesional, colok hidung dan mulut, hasilnya 24 jam
4. Dubai airport terlihat seperti normal, semua gerai buka juga resto dimana2 ramai
5. Penerbangan kembali ke Indo juga hampir full sama seperti keberangkatan / tanpa jaga jarak

KARANTINA JKT
Nah bahas karantina sangat menarik neh maaf kalau nulisnya kepanjangan :

1. Sejak kedatangan di airport CGK ada sskitar 6x pos penjagaan yg hrs kami lalui termasuk PCR, luar biasa ketatnya (beda sekali dengan airport Dubai yg sangat simple)
2. Mobil jemputan (yg disewa dari pihak ke 3) bukan mobil hotel yaa juga bukan mobil airport – yg akan membawa kami ke hotel karantina sudah menunggu, setelah semua proses kami lalui lalu kami menuju hotel
Dalam perjalanan si supir cerita bahwa seringkali dia melakukan tukar org ditengah jalan / pakai joki karantina alias yg stay di hotel org lain, suruh aja tukang kebun kita atau pembantu kita makan tidur gratis dihotel pasti mau ehehe ide bagus yaa kreatif 🤭
4. Hari ke 6 kami melakukan PCR ke 2 yg dikoordinir oleh pihak hotel dan hasilnya ada 4 paxs kami yg positif mskpn mereka dalam kondisi sehat atau mgkn ini yg dinamakan OTG ???.
Lalu kami ajukan banding test PCR dengan menggunakan lab lain yg kami percaya diluar lab yg dikoordinir oleh pihak hotel, namun hal itu tidak diperbolehkan ? Aneh sekali ? Kenapa hrs menggunakan lab rujukan hotel berbayar yg sangat mahal yaitu 2jt ? Bukankah diluar sana ada ratusan lab yg juga mempunyai izin resmi ? Disini mulai kami rasakan kekonyolan dan kental nuansa bisnisnya
Lalu apa daya kami ngotot pun dihampiri oleh aparat berbaju loreng seakan menghadapi musuh perang
Singkat kata, kami hrs menuruti peraturan yg ada dan segera meninggalkan hotel karantina ini dengan opsi 3 pilihan yaitu :
1. Wisma atlit = saat itu full
2. RS berbayar yg ditunjuk satgas, artinya kita hrs sediakan dana karena asuransi perjalanan sdh tdk berlaku sejak hari ketibaan di bandara CGK atau menggunakan asuransi pribadi bila ada
3. Hotel isolasi positif berbayar (pilihannya hanya ada 2 hotel di bintang 3) bagaimana yg keberatan dan mampu di bintang 5 ?
Singkat kata 4paxs kami yg positif memilih RS berbayar mskpn dalam kondisi OTG serta menjalani hari2 di RS hanya diberikan vitamin saja sampai menunnggu test PCR berikutnya negatif sekitar 10 hari an
Pemirsah, ada beberapa usulan sy sbb :
1. Pastikan kepada semua calon peserta tour kita utk mempersiapkan dana lebih utk antisipasi bila mendapatkan hasil PCR positif karena pastinya kita sebagai penyelenggara tour tdk mgkn membayarkan biaya RS / Karantina positif
2. Usulkan kepada pihak asuransi agar mengcover biaya RS / karantina positif di jakarta karena bisa jadi paxs tsb terjangkit saat perjalanan pulang dan baru terdeteksi pada PCR ke 2 karena saat ini masa berlaku asuransi perjalanan hanya sampai pada saat hari/jam ketibaan di CGK
3. Kerja Tour Leader bs dianggap selesai apabila paxs kita semua sdh bs kembali kerumah masing2, namun apabila ada permasalahan disaat karantina maka TL wajib menjembatani / mencarikan solusi, dengan kata lain bhw fee TL perlu ditambah utk masa karantina

Demikian cerita singkat yg ternyata kepanjangan juga 🤭
Mohon koreksi bila ada salah / kurang lengkap
Tetap semangat jualan outbound dan jgn mau kalah sama peraturan yg ga jelas 😎

Salam sehat selalu,
Priyadi Abadi
28 Des 2021 – 06 Januari 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *