

JAKARTA, Dengan semakin menguatnya pemahaman kaum muslimin akan ajaran agamanya, pemenuhan akan produk-produk halal semakin mutlak dibutuhkan. Bukan hanya untuk kebutuhan primer semata, seperti makanan, minuman, dan sandang (outfit), kebutuhan sekunder, seperti pariwisata halal pun juga semakin diminati.
Saat ini dunia wisata memahami betul akan kebutuhan wisata tersebut. Banyak negara non-muslim mulai mengembangkan wisata halal ini seperti Jepang, Korea Selatan, dan juga negara-negara Eropa. Para pelancong (wisatawan) muslim, atau saat ini ngetrend disebut “Muslim Traveller” semakin meningkat jumlahnya. Sehingga, dengan semakin banyaknya bermunculan destinasi wisata halal, para muslim traveller semakin punya banyak opsi (pilihan) fasilitas yang dapat mengakomodasi mereka, mulai dari menu makanan di restoran, fasilitas tempat ibadah dan destinasi yang muslim friendly.
Data GMTI (Global Muslim Travel Index) 2019 menunjukkan bahwa hingga tahun 2030, jumlah wisatawan muslim (wislim) diproyeksikan akan menembus angka 230 juta di seluruh dunia.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memang sudah seharusnya Indonesia menangkap peluang di industri pariwisata dengan semakin giat menggarap wisata halal.
Pertumbuhan pasar pariwisata halal Indonesia di tahun 2018 mencapai 18%, dengan jumlah wisatawan muslim mancanegara yang berkunjung ke destinasi wisata halal prioritas Indonesia mencapai 2,8 juta, dan mampu menyumbang devisa buat negara lebih dari Rp 40 triliun.
Menurut Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) yang juga menjabat sebagai
Direktur Utama Adinda Azzahra Travel & Tour, H. Priyadi Abadi, MPar, pada tahun 2019 Indonesia meraih peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal dunia versi GMTI 2019, yang diumumkan oleh CrescentRating – Mastercard.
Priyadi menyebut, prestasi ini menjadi peluang untuk meningkatkan jumlah wisatawan muslim dari mancanegara ke Indonesia.
“Perusahaan maupun produsen harus mempertimbangkan pelayanan yang tidak hanya mengedepankan kualitas, namun juga memperhatikan jaminan halal agar tidak kehilangan kesempatan yang ada,” tutur Priyadi dalam sebuah acara talk show seputar travel halal di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (21/9).
Acara yang menjadi ajang sosialisasi dan kampanye wisata halal ini juga menghadirkan Hasiyanna S Ashadi Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Travel Indonesia (Asita) DKI dan D Alexandrie Sagitha Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DPD Jabar sebagai nara sumber.
Dalam acara tersebut juga disampaikan program-program pemerintah dalam rangka untuk menyiapkan pariwisata halal di Indonesia. Diantaranya, dengan mengembangkan 10 Destinasi Halal Prioritas Nasional di tahun 2018 yang mengacu standar GMTI, di beberapa provinsi antara lain: Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).
Sebagai penguatan destinasi pariwisata halal, pemerintah menambah keikutsertaan 6 Kabupaten dan Kota yang terdapat di dalam wilayah 10 Destinasi Halal Prioritas Nasional, yaitu Kota Tanjung Pinang, Kota Pekanbaru, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur.
Mengacu pada target capaian 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang harus diraih di tahun 2019, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata menargetkan 25% atau setara 5 juta dari 20 juta wisman adalah wisatawan muslim.
Hingga saat ini, sambung Priyadi, IITCF terus berupaya meyakinkan para vendor wisata dunia untuk menyediakan fasilitas yang muslim friendly. “IITCF berhasil meyakinkan beberapa vendor untuk menyiapkan fasilitas kebutuhan wisatawan muslim, seperti menu di Puncak Titliis Swiss, Coklat Brown di Brussels, Masakan Padang di Amsterdam, dan masih banyak lagi,” lanjut Priyadi.
Selain itu IITCF terus berupaya mengedukasi masyarakat, mulai dari wisatawan, tour leader, owner travel untuk belajar menambah wawasan akan destinasi wisata Muslim di wilayah Eropa dan Asia. “Sehingga umat Islam yang berwisata ke mancanegara tidak perlu khawatir lagi dengan kebutuhan yang dianjurkan dalam ajaran Islam,” katanya.
LINK : hajinews.com