Travelling ke Turki, Bukan Sekadar Jalan-jalan

PA| Ankara–Turkey Moslem Educational Trip yang dihelat Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) bersama Dorak Tour sejak 27 November-6 Desember 2016 lalu bukan sekadar trip biasa. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh para peserta untuk menambah wawasan tentang dunia tour dan travel.

Educational trip yang dikemas dalam sebuah kegiatan pelatihan ini benar-benar menjadi sarana bagi para pelaku travel muslim Indonesia untuk meningkatkan skill dan pengetahuannya terkait tour&travel.

Kabarumrahhaji.com yang mengikuti kegiatan educational trip ini pun merasakan bagaimana para peserta selama perjalanan diberikan materi-materi dari coach Priyadi Abadi yang juga chairman IITCF.

Turkey Moslem Educational Trip diikuti 40 orang peserta yang sebagian besar adalah para pemilik travel wisata muslim serta haji dan umrah. Selama 9 hari, mereka dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk bertugas sebagai pemandu wisata bagi peserta lain setiap harinya. Mereka juga mengeksplore serta menggali informasi sebanyak mungkin tentang destinasi-destinasi wisata yang dikunjungi.

Sharing Pengalaman

Saat di bandara misalnya, peserta trip diajak untuk mempelajari hal-hal sepele seperti mengetahui di mana lokasi mushola, tempat ATM, membaca papan monitor informasi untuk gate keberangkatan, dan lainnya. Demikian pula saat di bandara kedatangan, Istanbul, peserta diberikan penjelasan soal bagaimana mengetahui lokasi conveyer belt untuk pengambilan bagasi peserta atau. Pelajaran lain yaitu soal prosedur pengurusan tax refund di bandara saat kepulangan. Peserta educational trip diajak mengurus tax refund di bandara Istanbul.

“Jangan sampai pemilik travel nanti menjawab tidak tahu ketika ada jamaahnya menanyakan soal pengurusan tax refund,” kata Priyadi.

Saat menempuh perjalanan darat menggunakan bus, untuk mengisi waktu, peserta educational trip diajak sharing pendapat terhadap suatu masalah terkait tour&travel leisure maupun haji dan umrah.

Misalnya persoalan yang cukup menarik dimunculkan Priyadi soal kasus jika ada peserta trip atau jamaah umrah yang membatalkan secara sepihak mendekati hari keberangkatan, tapi mereka tidak mau biaya yang sudah disetor dipotong karena pembatalan tersebut.

Beberapa peserta educational trip mengusulkan adanya akad atau perjanjian di awal yang harus ditandatangani oleh jamaah. Peserta lain berpendapat bahwa soal konsekuensi pembatalan sepihak itu cukup diberitahukan dalam brosur saja, tidak perlu dituangkan dalam perjanjian.

Banyak persoalan lain didisikusikan selama perjalanan 9 hari di Turki, misalnya soal time management, soal perlunya tour leader menguasai persoalan, dan sebagainya. Intinya educational trip ini adalah untuk meningkatkan skill dan pengetahuan para pelaku travel muslim.

“Jangan sampai travel umum sudah melangkah jauh, tapi kualitas SDM travel muslim masih seperti ini. Istilah-istilah travel dan penerbangan saja tidak tahu, semuanya diserahkan ke local guide atau muthowifnya, bagaimana bisa bersaing di era MEA sekarang,” tutur dia.

Tak hanya dalam perjalanan, penyampaian materi dan sharing pengalaman juga disampaikan di hotel setelah makan malam. Kelompok yang bertugas biasanya menyampaikan hasil evaluasi tugasnya selama hari tersebut setelah makan malam, sekaligus ada penyerahan buku laporan perjalanan kepada kelompok yang bertugas hari besoknya.

Setelah evaluasi, coach Priyadi biasanya menyampaikan sharing dan pengalamannya untuk menambah wawasan peserta pelatihan ini. Boleh dikata, setiap hari perjalanan Turkey Moslem Educational Trip dari pagi sampai malam sarat dengan aktivitas belajar.

Untuk mengusir kebosanan di perjalanan, tour leader yang bertugas hari itu biasanya melakukan ice breaking dan yel-yel untuk lebih bersemangat. “IITCF… Mendunia, IITCF … Mendunia. Dorak… Super”.

Tausiyah

Tak hanya itu, kegiatan belajar ini selalu diselingi tausiyah agama oleh peserta trip yang juga seorang ustadz. Yang juga membedakan moslem educational trip ini dengan perjalanan pada umumnya adalah adanya shalat subuh berjamaah di setiap harinya. Terkadang, setelah shalat subuh diisi dengan siraman ruhani.

Dalam setiap educational trip IITCF juga terdapat program kunjungan ke kantor kedutaan besar di negara yang dikunjungi. Pada Turkey Moslem Educational Trip kemarin, mereka menemui Duta Besar Indonesia untuk Turki Wardana dan jajaran pegawai KBRI di Wisma Duta, Ankara. Itu dilakukan sebagai bentuk silaturahim IITCF dengan pihak kedutaan sebagai wakil pemerintah RI di negara yang dikunjungi.

IITCF juga menjadikan ajang educational trip untuk sarana syiar Islam di negara yang dikunjungi. IITCF memiliki program tebar sejuta perangkat sholat untuk dunia. Program tebar perangkat sholat ini dilakukan dalam bentuk pemberian perangkat sholat di spot-spot tertentu yang dikunjungi misalnya restoran, mushola, masjid, bandara, kedutaan besar, kawasan rekreasi, dan lainnya.

“Kami juga sounding kepada mereka untuk menyediakan tempat sholat, dan sosiasiliasi agar mereka bisa memenuhi kebutuhan muslim traveler, khususnya di negara-negara nonmuslim. Kebutuhan utama muslim traveler cukup sederhana yakni makanan halal dan bisa sholat,” tutur Priyadi.[]

Sumber: Kabarumrahhaji.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *