
KOMPASIANA–Priyadi Abadi adalah pendiri sekaligus ketua IITCF(Indonesian Islamic Travel Communication Forum). Pria berpenampilan kalem ini cukup lama berkiprah di dunia travel muslim. Komitmetnya untuk menggarap dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia pelaku travel muslim memang layak untuk diacungi jempol. Apa yang memotivasi Priyadi Abadi untuk melakukan semua itu, saya berkesempatan mewawancarainya saat kopdar IITCF 14 Maret 20016.
(T) Apa tujuan Anda mendirikan IITCF?
(J) Sesuai dengan visi dan misi adalah edukasi, yaitu untuk meningkatkan kapasitas para pelaku travel muslim dari aspek knowledge,skill dan attitude. Berangkat dari fenomena saat ini, dimana justru banyak pelaku bisnis travel yang notabene non muslim menggarap pasar wisata muslim ini, sementara para pelaku travel muslim sendiri hanya berkecimpung dalam bidang haji dan umroh saja, tidak menggarap wisata muslim.
(T) Sejauh mana optimisme Anda tentang hal ini?
(J) Saya optimis, teman-teman pelaku travel muslim saat ini sudah mulai melirik untuk menggarap paket wisata muslim di luar haji dan umroh, dimana jenis wisata ini memiliki pangsa pasar yang besar. Terbentur pada sumberdaya manusia yang masih terbatas, maka dibentuklah IITCF, yang salah satu tujuannya adalah dalam rangka untuk mewadahi para pelaku travel muslim untuk saling berinteraksi, silaturahmi, termasuk mengadakan pelatihan-pelatihan. Kegiatan ini sifatnya non profit, dibuat dengan semangat menebar manfaat kepada para pelaku travel muslim khususnya dan masyarakat luas secara umum.
(T) Selain sdm apa kendala yang lain?
(J) Pertanyaan bagus, sebetulnya komplek masalahnya, bukan hanya sdm. Ada beberapa faktor, antara lain sinergi, misalnya di travel umum (leisure) mereka sudah melakukan konsorsium-konsorsium atau penggabungan beberapa travel untuk melakukan paket wisata, sementara di kalangan travel muslim sendiri masih satu dua, nah…ini merupakan salah satu kendala. Oleh karena itu, IITCF berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas sdm, dengan melakukan sinergi dan Inshaa Allah hal ini akan semakin melancarkan program ini.
(T) Tadi dikatakan bahwa para pelaku travel umum(leisure) juga menggarap wisata muslim, mereka sudah besar dan punya kemampuan luar biasa. Sejauh mana para pelaku travel muslim mampu bersaing dengan mereka?
(J) Harusnya mampu,…justru itu kita harus berbenah, sama-sama kok, dia makan nasi kita makan nasi. Masalahnya di sini kita mau belajar atau tidak, mengejar ketertinggalan, intinya begitu. Saya punya target 2019,…tiga tahun ke depan, kalau kita benar-benar fokus menggarap program ini, menggalang kebersamaan,…kedepankan sinergi…Inshaa Allah ini bisa menjadi hal yang luar biasa.
(T) Sejauhmana tanggapan dari teman-teman yang lain?
(J) Tanggapannya luar biasa,…..dalam arti mereka memiliki semangat belajar yang luar biasa…mau belajar, terbukti tadi mereka datang ke sini mendengarkan secara serius, fokus apa-apa yang disampaikan oleh para pembicara. itu kita anggap sebagai hal yang positif. Memang kita tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan, ini memang perlu tahapan-tahapan tapi tahapan ini sudah kita mulai dan tinggal menunggu respon dari teman-teman semua. Apakah ini akan direspon, apakah temen-temen mau belajar mau berbenah diri atau hanya mau di zona aman saja,..hanya urusan haji dan umroh, silahkan… hidup adalah pilihan.
(J) Oooohh,….itu sudah saya terima jauh hari sebelum saya membuat program ini,…termasuk dari patner bisnis saya. Memang banyak dari mereka yang bernada sinis, ..membully…ya..silahkan aja selama niat saya niat baik.
(T) Bagaimana tanggapan Anda menghadapi hal itu?
(J) Saya santai aja,….saya berpikir positip bahwa selama saya memberikan sesuatu yang berguna di sisa umur saya tidak ada kepentingan muatan lain-lain,..saya bukan cari panggung, karena rezeki saya alhamdulillah sudah cukup dari sektor lain dan ini adalah juga sarana saya untuk bisa bernetworking dan bersinergi dengan teman-teman ….dan Inshaa Allah ini juga akan menimbulkan rezeki juga.
(T) Selama ini IITCF kan hanya sekedar mailing list, apakah tidak ada hasrat atau niatan untuk menjelma menjadi sebuah organisasi atau asosiasi resmi berbadan hukum?
(J) Belum,…..mungkin ke depan,….tapi saat ini kita sedang fokus ke misi kita…kembali ke komitmen kita ke pedidikan, karena kalau sudah ke asosiasi dan sebagainya dikhawatirkan ini akan semakin bias,…biasanya kalau sudah asosiasi akan timbul hal-hal lain yang berbau kepentingan dan sebagainya. Kalau ini kan murni misi pendidikan dimana saya tidak ingin hal ini menjadi bias. Tapi, ke depan mungkin saja tidak menutup kemungkinan karena ada tuntutan juga untuk menjadi organisasi yang berkekuatan hukum,…tapi sepertinya saya belum ke sana karena kita masih fokus pada kegiatan yang bisa dirasakan langsung oleh para peserta.
(T) Ini anggotanya individu atau perusahaan?
(J) Individu bisa perusahaan bisa, siapa pun bisa dan ini adalah lintas asosiasi. Semua boleh bergabung di sini dalam rangka meningkatkan kapasitas sdm pariwisata,….karena kalau kita balikkan lagi misalnya asosiasi A, berarti member asosiasi B gak bisa ikut, kurang lebih begitu.
(T) Apakah non muslim boleh bergabung?
(J) Boleh,…tadi ada yang hadir beberapa,…ini terbuka. Kalau yang umumkan sudah ada ITLF ada ITLA.
(T) Apakah IITCF di bawah naungan ITLA?
(J) Ooo..bukan,…ini gak ada sangkut pautnya dengan ITLA. Memang pada program pertama diendors oleh ITLA tapi tidak berarti di bawah ITLA,…ini terpisah dari ITLA.
(T) Anda pengurus ITLA?
(J) O ya,..saya wakil ketua,…humas juga,..tapi tidak berarti di luar ITLA tidak boleh berkarya kan.
(T) Apakah berminat jadi ketua ITLA periode berikutnya?
(J) Itu..sepertinya…saya sangat tersanjung,…tapi kemungkinan saya tidak akan ambil amanah itu karena saya melihat banyak teman-teman lain yang lebih kapabel yang lebih kompeten dari saya. Di ITLA kan kumpulannya orang-orang hebat,..jadi kalau buat saya lebih baik saya bisa berguna buat teman-teman yang lain.
(T) Selama ini kan Anda fokus ke wisata muslim Eropa. Apakah ada hasrat atau niat menggarap wisata muslim inbound?
(J) Saya memang saat ini fokusnya wisata muslim outbond, terutama Eropa. Saya juga dulu mulai karir sebagai tour guide inbound,…kemudian berproses menjadi seperti sekarang ini. Kuncinya adalah kemauan untuk belajar.
Pewancara: Bembeng Je Susilo
FIMAKAHA INSTITUTE. Training For Elevating! Membumikan Inspirasi. Hidup mesti dilakoni dan dimaknai, berhenti berarti mati. Static means death. DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jakarta.