Mengamankan Wisatawan Indonesia di Mancanegara

ROL–Wisata halal sedang naik daun. Tidak hanya di ne gara-negara Muslim atau mayoritas berpenduduk Muslim, tapi juga negara-negara dengan Mus lim minoritas. Berbagai negara Muslim maupun non-Muslim itu ber lomba-lomba menyediakan sa ra na dan prasarana yang dibu tuh kan oleh para pelancong Muslim (Moslem traveller). Hal itu karena mereka menyadari besarnya po tensi pasar Muslim.

Moslem traveller dari Indonesia pun banyak yang ingin berwisata ke berbagai negara di Eropa, Australia, Asia, Amerika, dan lainnya. Tentu nya, hal ini memerlukan pena ngan an yang sebaik mungkin oleh pihak travel maupun tour leader.

“Wisata halal Indonesia me mang betul sedang digalakkan, tapi pada saat yang bersamaan banyak juga wisatawan Indonesia yang berkunjung ke luar negeri,” kata Ketua Indonesian Islamic Tourism Communication Forum (IITCF) Priyadi Abadi di Jakarta, Selasa (8/11).

Priyadi menambahkan, sumber daya manusia (SDM) perusahaan perjalanan perlu diedukasi terkait ketersediaan fasilitas wisata halal di mancanegara yang memfokuskan pelayanan pada Moslem traveller da lam melayani konsumennya ber wisata halal. “Salah satu hal yang paling mendasar ketika perusahaan travel dan tour leader membawa rombongan wisatawan Muslim adalah masjid atau tempat shalat dan resto halal,” tutur Priyadi.

Terkait hal tersebut, IITCF aktif membina para pelaku wisata Mus lim, baik pemilik travel, tour leader, maupun tour planner. “Bulan No vember ini kami membawa rom bongan pengusaha travel dan tour leader ke Taiwan dan Turki untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menangani Moslem traveller dari Indonesia yang akan berwisata ke mancanegara, khususnya ne gara-negara non-Muslim,” ujar Priyadi.

Asosiasi travel agent di Taiwan mengundang 170 biro perjalanan umum dan 30 travel agent Muslim dari Indonesia untuk menghadiri aca ra pameran halal di Taipei, Taiwan, pada pekan kedua November 2016. Pada November ini IITCF juga akan membawa rombongan pemilik travel dan tour leader ke Turki. “Ke giat an tersebut bertujuan membe rikan gambaran potensi wisata halal di kedua negara tersebut.,” kata Priyadi.

Priyadi menyebutkan, para peserta akan melihat langsung po ten si wisata, restoran halal, hingga hotel-hotel yang Moslem friendly. Sekaligus, mereka akan merancang rute perjalanan bagi traveller Muslim Indonesia untuk berkunjung. “Di Taiwan kita akan berkunjung ke be berapa lokasi, semisal, Taipei, Nan tou, Chiayi, dan lain-lain,” katanya.

Pada saat yang bersamaan, Priyadi mengatakan, IITCF juga akan memberikan informasi yang dibutuhkan bagi Taiwan dan Turki seputar wisata halal. Kegiatan berlangsung sembilan hari dimulai dari Rabu (8/11) di Taiwan.

Priyadi mengatakan, Taiwan memang baru membuka rute wisata halal. Sedangkan, pariwisata Turki, dia mengungkapkan, saat ini tengah anjlok menyusul isu bom di negara tersebut. Taiwan, katanya, berambisi menjadi destinasi wisata bagi Muslim traveller dari Indonesia. Untuk itu, pemerintah dan in dustri wisata berencana menge nalkan 87 industri hotel dan res toran bersertifikasi dan ramah bagi Muslim.

“Maka itu, mereka ingin me ning katkan kunjungan wisatawan Indonesia ke Turki dengan meng undang para owner travel untuk melihat bahwa Turki aman,” katanya.

Hal tersebut dilakukan menyu sul menarik pasar wisatawan Indonesia yang berlibur ke luar negeri. Tingginya potensi wisatawan tersebut, kata Priyadi, terlihat dari tingginya pemesanan penerbangan ke luar Indonesia.

Dia menggambarkan, penuhnya bandara saat ada hari kejepit atau long weekend atau musim liburan. Ditambah lagi, layanan penerbang an murah yang memicu pertum buhan wisatawan dalam negeri ke luar. “Itu kan menandakan bahwa tingkat perjalanan ke luar negeri tinggi sekali,” kata Priyadi yang juga chief executive officer (CEO) Adinda Azzahra Tour.

Menjadi konsultan bagi negara lain terkait wisata halal, Priyadi mengatakan, Indonesia bisa saja menjadi acuan wisata halal. Dia mengatakan, dibanding Malaysia atau Singapura, Indonesia memiliki penduduk Muslim paling besar dan itu membuatnya menjadi kiblat wisata halal.

Priyadi mengatakan, sekaligus memberikan informasi kepada negara lain terkait fasilitas wisata halal, Indonesia bisa sembari belajar mengembangkan wisata di negara sendiri. “Nah, ketika kita pergi ke luar negeri juga kita bisa belajar bagaimana di luar mengem bangkan wisata halal mereka. Jadi, sekaligus kita bisa berbenah agar terus kompetitif,” katanya.

Priyadi mengatakan, sebelum nya pelatihan dan pengenalan wisata halal juga telah dilakukan di wilayah Eropa Barat. “Sedikitnya, tujuh negara yang dikunjungi untuk menggencarkan wisata halal di negara-negara tersebut.,” tutur Priyadi. rep: Rizkiyan Adiyudha ed: Irwan Kelana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *