
JAKARTA,bisniswisata.co.id: Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) manfaatkan ajang Astindo Jakarta Travel Fair (AJTF) yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, 16-18 September 2016 untuk kegiatan syiar dan edukasi bagi masyarakat maupun pelaku pariwisata.
“IITCF menggunakan momentum ini untuk syiar dan edukasi program-program bagi Muslim Traveler yang selama ini perjalanannya di tangani oleh travel umum dan tidak memperhatikan waktu sholat, makanan halal dan hal-hal lainnya sesuai syariat Islam,” kata Priyadi Abadi, Pendiri sekaligus Ketua IITCF, hari ini (17/9).
Menurut Priyadi, seorang Muslim yang suka berwisata tetap harus melakukan kewajibannya untuk sholat lima waktu tepat waktu serta mendapatkan makanan halal sesuai syariat Islam.
Jika selama ini paket wisatanya Muslim Traveler diatur oleh travel agent umum maka IITCF yang memiliki 200 anggota di dalam dan luar negri kini memperkenalkan paket Muslim Traveler ke 7 negara di Eropa, Jepang, Korea dan lainnya.
“Negara kita ini tergolong rich country atau negara kaya tapi manajemen pengelolaannya lemah ( poor management). Oleh karena itu untuk melayani kebutuhan Muslim Traveler dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni,” jelasnya.
IITCF hadir untuk menjembatani pengusaha travel agent yang biasa melayani paket ibadah haji dan umroh untuk meluaskan pangsa pasarnya dengan membuat paket bagi Muslim Traveler. Begitu juga travel umum agar menyesuaikan dengan kebutuhan klien Muslimnya.
Peluang membuat paket wisata Muslim masih besar sekali karena masyarakat Indonesia mayoritas Muslim dan banyak di antara mereka, terutama kelas menengah dan menengah ke atas bukan hanya menginginkan berumrah ke Tanah Suci, tetapi juga mengunjungi obyek-obyek wisata di berbagai negara, khususnya Eropa Barat.
“Kami sudah dua kali mengadakan West Europe Tour Leader Moslem Educational Trip (WEMET) yang diikuti oleh tour leader dan pemilik travel agent agar mereka dapat melatih SDM dan membuat paket Muslim sendiri,” kata Priyadi Abadi yang juga Dirut Adinda Azazhra Tour and Travel.
Melalui event ini dia melakukan edukasi dan syiar dengan menyampaikan kabar berita kepada orang-orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. ” Kalau kita membiarkan masyarakat Muslim menikmati paket wisata umum yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya maka kita tergolong orang yang berdosa karena pura-pura tidak tahu, “ tegasnya.
Di booth IITCF yang bersebelahan dengan travel agentnya, Priyadi juga menginformasikan pada pengunjung lewat tayangan film dokumenter kegiatan bakti sosial seperti membagikan alat-alat sholat ke restoran, toko-toko yang kerap dikunjungi wisatawan Indonesia di Eropa, maupun bersilaturahim dengan pengelola mesjid di 7 negara.
“Perjuangannya tidak mudah dan butuh proses tahunan untuk meyakinkan restoran, hotel dan toko di Eropa menyediakan tempat sholat. Tapi sekarang kita sudah memiliki daya tawar yang tinggi karena bersatu di IITCF. Kalau hotel tidak mau menyediakan ruangan untuk peserta tour sholat berjamaah kita tinggal ganti hotel,”
Priyadi yakin pemilik travel agent maupun tour leader yang sudah mengikuti program edukasi IITCF juga lebih siap melayani Muslim Traveler dari mancanegara karena sejalan dengam program Kementrian Pariwisata yang tengah mempromosikan wisata halal di Lombok, Aceh, Sumatra Barat dan daerah lainnya.
Priyadi menambahkan, AJTF diikuti oleh banyak travel umum maupun travel Muslim sehingga pihaknya dapat membidik dengan sasaran yang tepat. Kehadiran IITCF juga mengundang para pelaku industri seperti Salam Ibrahim, Airport Manager Qantas Indonesia berkunjung dan tertarik membantu program sosial IITCF.
Pria yang masih aktif mengajar di perguruan tinggi pariwisata ini mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dan mengundang partisipasi perusahaan penerbangan untuk mendukung program Muslim Traveler baik inbound maupun outbound. (HAS).